Rabu, 26 November 2014

Surat Perjalanan Dinas




KKM/LKM/BKM ……………………………………………………………….
DESA …………………………………………….. KECAMATAN …………………………………… KABUPATEN ………………………..
SURAT PERINTAH PERJALANAN DINAS
NO.       
Diperintahkan untuk melakukan perjalanan dinas kepada :
1
NAMA
:
……………………………………………………………………..
2
JABATAN
:
……………………………………………………………………..
3
LAMA PERJALANAN
:
……………………………………………………………………..

a.      BERANGKAT
:
……………………………………………………………………..

b.      KEMBALI
:
……………………………………………………………………..
4
TEMPAT TUJUAN
:
……………………………………………………………………..
5
ALAT TRANSPORTASI YANG DIGUNAKAN
:
……………………………………………………………………..
6
MAKSUD PERJALANAN DINAS
:
……………………………………………………………………..
7
DIBIAYAI DENGAN ANGGARAN
:
……………………………………………………………………..
8
KETERANGAN
:
……………………………………………………………………..

………………………………., ……………………………………
TANDA TANGAN PEMEGANG

KOORDINATOR KKM







(                                                       )

(                                                      )

Keterangan :
Datang pada tanggal : …………………………………..
Kembali tanggal          : …………………………………..

…………………………………………………
NIP.

STOP Buang Air besar Sembarangan (SBS)



 

Stop Buang Air Besar di Sembarangan  (SBS)


Latar belakang

 

Diperkirakan sekitar  47% masyarakat Indonesia masih Buang Air Besar Sembarangan (BABs). Dari data SIM (1 Juli 2011), Dusun yang SBS : 31,42%, (target 80%), Persentasi KK yang akses jamban sebesar, 52,30% (taget100%), dan penambahan jumlah orang akses 1. 951.086 jiwa,(target 6-10 juta). Dengan tempat berperilaku buang air besar ke sungai, kebon, sawah, kolam dan tempat-tempat terbuka lainnya. Perilaku seperti tersebut jelas sangat merugikan kondisi kesehatan masyarakat, karena tinja dikenal sebagai media tempat hidupnya bakteri E-coli yang berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit diare. Tahun 2006 angka kejadian diare sebesar 423 per 1000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) diare sebesar 2,52 %.

Hasil Study WHO tahun 2007, menyatakan bahwa melalui pendekatan sanitasi Total, dapat menurunkan kejadian diare sebesar 94%,  

 

Berbagai alasan digunakan oleh masyarakat untuk buang air besar sembarangan, antara lain anggapan bahwa membangun jamban itu mahal, lebih enak BAB di sungai, tinja dapat untuk pakan ikan, dan lain-lain yang akhirnya dibungkus sebagai alasan karena kebiasaan sejak dulu, sejak anak-anak,  sejak nenek moyang, dan sampai saat ini tidak mengalami gangguan kesehatan.

 

Alasan dan kebiasaan tersebut harus diluruskan dan dirubah karena akibat kebiasaan yang tidak mendukung pola hidup bersih dan sehat jelas-jelas akan memperbesar masalah kesehatan. Dipihak lain bilamana masyarakat berperilaku higienis, dengan membuang air besar pada tempat yang benar, sesuai dengan kaidah kesehatan, hal tersebut akan dapat mencegah dan menurunkan kasus-kasus penyakit menular. Dalam kejadian diare misalnya, dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, dalam hal ini meningkatkan jamban keluarga, akan dapat menurunkan kejadian diare sebesar 32% dan 45% dengan Perilaku CTPS


Mengapa harus STOP BABS


Tinja atau kotoran manusia merupakan media sebagai tempat berkembang dan berinduknya bibit penyakit menular (misal kuman/bakteri, virus dan cacing). Apabila tinja tersebut dibuang di sembarang tempat, misal kebun, kolam, sungai, dll maka bibit penyakit tersebut akan menyebar luas ke lingkungan, dan akhirnya akan masuk dalam tubuh manusia, dan berisiko menimbulkan penyakit pada seseorang dan bahkan bahkan menjadi wabah penyakit pada masyarakat yang lebih luas.

Stop buang air besar sembarangan (STOP BABS) akan memberikan manfaat dalam hal-hal sebagai berikut :
  1. Menjaga lingkungan menjadi bersih, sehat, nyaman dan tidak berbau dan lebih indah
  2. Tidak mencemari sumber air /badan air yang dapat dijadikan sebagai air baku air minum atau air untuk kegiatan sehari-hari lainya seperti mandi, cuci, dll
  3. Tidak mengundang vector (serangga dan binatang) yang dapat menyebarluaskan bibit penyakit, sehingga dapat mencegah penyakit  menular


Kemana tinja harus dibuang

Mengingat tinja merupakan bentuk kotoran yang sangat merugikan dan membahayakan kesehatan masyarakat, maka tinja harus dikelola, dibuang  dengan baik dan benar. Untuk itu tinja harus dibuang pada suatu “wadah” atau sebut saja JAMBAN. Jamban yang digunakan masyarakat bisa dalam bentuk jamban yang paling sederhana, dan murah,  misal  jamban CEMPLUNG, atau jamban yang lebih baik, dan lebih mahal misal jamban leher angsa dari tanah liat, atau bahkan leher angsa dari bahan keramik.  

Prinsip utama tempat pembuangan tinja /jamban sehat
-          Tidak mencemari sumber air /badan air atau Jarak tempat penampungan tinja terhadap sumber air di atas 10 meter.
-          Tidak mencemari lingkungan (bau)
-          Tidak ada kontak dengan Vektor.
-          Konstruksi yang aman
-       Sebagai tambahan adalah adanya saluran SPAL, pengelolaan tinja dan milik sendiri.

Untuk mencegah terjadinya terjadinya pencemaran sumber air dan Badan air, maka pada secara tahap mulai Cara tempat penampungan tinja dibuat jaraknya diatas 10 meter, lebih lanjut dibuat septictank dan mengurasnya secara berkala. Dan untuk mencegah bau tidak mencemari lingkungan secara bertahap yakni dengan menutup tempat penampungan tinja, dan membuat saluran /plensengan dan pada tahap akhir adalah dengan membuat kloset leher angsa.

Siapa yang harus menggunakan jamban

Semua anggota keluarga harus menggunakan jamban untuk membuang tinja, baik anak-anak (termasuk bayi dan  anak balita) dan lebih-lebih orang dewasa.

Dengan pemikiran tertentu, seringkali tinja bayi dan anak-anak dibuang sembarangan oleh orang tuanya, misal kehalaman rumah, kebon, dll. Hal ini perlu diluruskan, bahwa tinja bayi dan anak-anak juga harus dibuang ke jamban, karena tinja bayi dan anak-anak tersebut sama bahayanya dengan tinja orang dewasa.


Apa peran kader  masyarakat.

Kader kesehatan, atau kelompok masyarakat desa yang berkesadaran dan berkepentingan untuk memajukan dan meningkatkan derajat kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam promosi perilaku stop buang air besar sembarangan, yaitu anttara lain:
  1. memanfaatkan setiap kesempatan di dusun/desa untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku buang air besar yang benar dan sehat
  2. melakukan pendataan rumah tangga yang anggota keluarganya masih BAB Sembarangan, mendata rumah tangga yang sudah memiliki jamban “sederhana” dan mendata keluarga yang sudah memiliki jamban yang sudah lebih sehat (leher angsa)
  3. mengadakan kegiatan yang sifatnya memicu, mendampingi, dan memonitor perilaku masyarakat dalam menghentikan kebiasaan buang air besar sembarangan, sehingga dalam tatanan dusun/desa terwujud kondisi TERBEBAS DARI PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
  4. menggalang daya (bias tenaga ataupun dana)  antar sesama warga untuk memberi bantuan dalam pembangunan jamban bagi warga yang lain
  5. menjadi resource-lingker (penghubung) antar warga masyarakat dengan berbagai pihak terkait yang  berkepentingan dalam mewujudkan jamban yang sehat (improved jamban).


Community Led Total Sanitation (CLTS)

Menyadari pentingnya integrasi kegiatan sanitasi total untuk menurunkan angka diare maka pemerintah telah menetapkan Strategi Penurunann angka diare melalui salah satu bentuk pendekatan yang dianut oleh Program Pamsimas adalah dengan pendekatan PEMICUAN, yang lebih dikenal dengan sebutan Community Led Total Sanitation (CLTS). Pemicuan ini untuk merubah perilaku masyarakat dalam menuju buangan air besar yang benar dan sehat secara totalitas dan keseluruhan dalam desa/dusun tersebut. Adapun prinsip dan ciri penting CLTS adalah sebagai berikut:

Prinsip – prinsip pemicuan CLTS, adalah :
  1. Tanpa subsidi kepada masyarakat
  2. Tidak menggurui, tidak memaksa dan tidak mempromosikan jamban
  3. Masyarakat sebagai pemimpin
  4. Totalitas; seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan - perencanaan – pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan

 

Ciri-ciri penting dalam CLTS adalah :
  1.  inisiatif masyarakat
  2. Total atau keseluruhan, keputusan masyarakat dan pelaksanaan secara kolektif adalah kunci utama.
  3. Solidaritas masyarakat, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin,  semua akan sangat terlibat dalam pendekatan ini.

Langkah yang dipertimbangkan dalam merencanakan
Stop Buang Air Besar Sembarang (BABs) melalui proses pemicuan.
Komponen Kegiatan Stop BABs
A.    Peningkatan kebutuhan sanitasi yang sehat dan perilaku higiene (demand)
     (advokasi, promosi higiene, pemahaman sanitasi, pemicuan (baru dilakasnakan) dan tekanan kolektif, pendampingan,  penciptaan penghargaan (reward). 
Pelaksanaan Pemicuan :
-          Pra Pemicuan / Persiapan Pemicuan
Yang perlu dilakukan adalah
-  Pengenalan masyarakat yang perlu dipertimbangkan adalah pemicuan Identifikasi Permasalahan, Analisa Permasalahan, Tetapkan tujuan kegiatan Indentifikasi Kelompok Sasaran, Tetapkan pesan yang akan disampaikan sesuai dengan tujuan dan Target Sasaran, Identifikasi sumber pendanaan.
-   Persiapan Pelaksanaan pemicuan : Penentuan waktu dan tempat, Persiapan alat dan bahan dan pembagian peran.

-          Pelaksanaan Proses Pemicuan.
-          Pasca Pemicuan Belum berjalan  Verifikasi berjalan belum menggunakan format monitoring sesuai dengan Panduan Serifikasi Pemicuan),  
Sertifikasi CLTS  : adalah sertifikasi terhadap proses pelaksanaan pemicuan bukan terhadap hasil pemicuan dan dilakukan oleh sanitarien puskesmas yang telah dilatih TOT CLTS.
-          Monitoring Pemicuan.
      
B.       Peningkatan penyediaan produk dan layanan sanitasi yang mencukupi dan tepat guna (supply). 
C.  Penciptaan lingkungan yang mendukung (environment)    


Pilihan Jenis Kegiatan :
  1. Pertemuan setengah hari Stop BABs (arisan dasa wisma, pengajian taklim, kelompok Pos Ronda, Hari penimbangan posyandu, Hari jumat bersih)
  2. Pemicuan CLTS
  3. Gebiar SBS/lomba Dusun SBS
  4. Lomba lingkungan Sehat.
  5. Kampanye melalui Radio (stop BABs dan CTPS)
  6. Radio Spot (stop BABs dan CTPS)
  7. Lomba Cuci tangan, lomba merancang sarana CTPS
  8. Pembuatan media promosi (stiker, Papan Informasi/pengumunan,  Baliho, spanduk, dll)
  9. Lomba Foto
  10. Pertandingan berbasis sekolah
  11. Pembuatan sarana Sanitasi di sekolah
  12. Inspeksi sanitasi
  13. Pemasaran Sanitasi
a.          Pengadaan Contoh Cetakan Kloset dan Jamban /Bess
b.          Pelatihan Tukang pembuatan kloset dan jamban/bes
c.          Pembentukan Kelompok arisan sarana sanitasi
d.          Pembinaan dan monitoring kelompok arisan.
  1. Pelatihan :
a.       Pelatihan Promosi kesehatan
b.       Pelatihan PHBS : bagi guru,  masyarakat , dan anak sekolah
c.       Pelatihan Pemetaan Lingkungan sekolah, rumah dan sekitarnya
d.       Identifikasi sanitasi dan perilaku hygiene dimasyarakat sekolah
e.       Identifikasi sanitasi dan perilaku hygiene dimasyarakat
f.           Indentifikasi penyakit
g.       Perilaku Baik buruk Bagi kesehatan
h.       Sarana air bersih dan sanitasi di sekolah
i.             Alur penularan penyakit
j.         Cara penghambatan penyakit
k.       Pemilihan pencegahan penyakit menular
l.             Anak sebagai agen perubahan
m.     Praktek Lapangan
n.       Mikro Facilitaling
o.       Pelatihan pematuan kualitas air secara Fisik

Apa peran kader  masyarakat
 
Kader kesehatan, atau kelompok masyarakat desa yang berkesadaran untuk memajukan dan meningkatkan derajat kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam promosi perilaku cuci tangan pakai sabun, diantaranya adalah:
  1. memanfaatkan setiap kesempatan di dusun/desa untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku CTPS
  2. mengadakan kegiatan yang sifatnya “suatu gerakan” cuci tangan pakai sabun sehingga dapat menarik perhatian masyarakat, seperti pada hari besar kesehatan, pesta desa, dll.
        
Monitoring :
Monitoring bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan rencana tindaklanjut yang disepakati. Hasil dari monitoring menjadi bahan masukan bagi evaluasi dan rencana kegiatan selanjutnya.

  1. Pelaksanaan
Monitoring dilakukan oleh petugas kesehatan dan atau Fasilitator masyarakat bersama dengan masyarakat (kader kesehatan, natural leader, tokoh masyarakat, guru dan anak sekolah). Monitoring dan evaluasi dilakukan secara partisipatif dan berkala oleh masyarakat dan didukung oleh fasilitator.
Peran fasilitator adalah sangat penting dalam melakukan monitoring dan evaluasi Hal I ni dilakukan untuk memberikan monitifasi bagi masyarakat yang sdang dalam masa perubahan di bidang sanitasi.

Monitoring dan Evaluasi :
Dalam memonitoirng dan evaluasi Perubahan Adopsi perilaku Stop BABs dengan cara :
Bertanya menggunakan kwuisioner dengan pertanyaan :
  1. Dimana anda / KK ini membuang air besar.
  2. Melihat Jamban : Jenis Jamban Sehat, Jamban dengan Leher angsa dan septictank
  3. Melihat adanya sarana air.
  4. Dan sebagai tambahan adanya sabun.












Format Data Dasar.
No
Dusun
Nama Pemilik Rumah
Miskin
Jumlah
KK
Jumlah Jiwa
Perilaku Buang air besar
Tdk ada
Jamban Sehat
Sederhana
Jamban Leher anggsa & septictank
Kumunal




















1
1
A
V
3
15

V
0



B

4
20
V
0




C

3
12



01


D

5
16



01
















20



Catatan : Tempat BAB : (v) sebelum pamsimas masuk, (o) / dilingkari setelah pamsimas
                  01/02 : jumlah jamban kumunal yang digunakan

Cara Memonitoring /pengambilan data :
1.       Melihat sampel RT
2.       Secara berkala Bulanan.
3.       Melihat Catatan dari Kepala Dusun/Kader

  1. Pelaporan
Format pelaporan akan mengacu pada hasil kesepakatan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Mekanisme pelapooran sesuai dengan yang telah disepakati
Untuk memastikan tidak adanya kontak tinja dengan manusia, maka perubahan perilaku stop BABS harus selalu diikuti dengan perilaku CTPS karena :
  1. CTPS dapat mencegah penyakit Diare
  2. CTPS dapat membunuh kuman.



 










MATERI
CUCI TANGAN PAKAI SABUN

Latar belakang

Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan salah satu pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang tertuang dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 852/SK/Menkes/IX2008. Pentingnya CTPS adalah dapat mencegah penyakit seperti diare, typhus perut, kecacingan, flu babi, flu burung dan virus baru H1N1. Menurut hasil Penelitian (Curtis tahun 2011), CTPS dapat menurunkan angka diare sebesar 47% dan menurunkan kejajian ISPA dan Flu Burung 50%..

Seperti halnya perilaku buang air besar sembarangan, perilaku cuci tangan, terlebih cuci tangan pakai sabun merupakan masih merupakan sasaran penting dalam promosi kesehatan, khususnya terkait perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini disebabkan perilaku tersebut masih sangat rendah, yakni 43,50% (KPI Juli 2011). Dan berdasarkan Human Services (BHS) di Indonesia Tahun 2006, perilaku CTPS, dilihat dari sisi waktu kritis CTPS ditemukan bahwa :
·         12% setelah buang air besar,
·         9%  setelah membersihkan tinja bayi dan balita
·         7%  sebelum memberi makan kepada bayi.
·         14% sebelum makan.


Mengapa perlu CTPS

Perilaku cuci tangan pakai sabun ternyata bukan merupakan perilaku yang biasa dilakukan sehari-hari oleh masyarakat pada umumnya.  Rendahnya perilaku cuci tangan pakai sabun dan tingginya tingkat efektifitas perilaku cuci tangan pakai sabun dalam mencegah penularan penyakit, maka sangat penting adanya upaya promosi kesehatan bermaterikan peningkatan cuci tangan tersebut. Dengan demikian dapat dipahami betapa perilaku ini harus dilakukan, antara lain karena berbagai alasan sbb:
  1. Mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit yang dapat menyebabkan ratusan ribu anak meninggal setiap tahunya.
  2. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup
  3. CTPS adalah satu-satunya intervensi kesehatan yang paling “cost-effective” jika dibanding dengan hasil yang diperolehnya.   

Kapan harus cuci tangan

Ada 5 waktu kritis untuk cuci tangan pakai sabun yang harus diperhatikan, yaitu saat-saat sebagai berikut:
  1. Sebelum makan
  2. Sebelum menghidangkan makanan
  3. Sebelum memberi makan kepada bayi/balita
  4. Setelah buang air besar/buang air kecil / Setelah menceboki bayi/anak
  5. Setelah memegang unggas/hewan

Pada saat promosi kesehatan, selain 5 waktu kritis tersebut, ada beberapa waktu lain yang juga penting dan harus dilakukan CTPS, yaitu:
  1. Setelah bermain di lumpur/ tanah.
  2. Setelah batuk/bersin, setelah membuang ingus/membersihkan hidung
  3. Setelah mengucak mata
  4. Setelah memegang Kapur Tulis
  5. Setelah bekerja di kebun / membersihkan sampah
  6. Sebelum menyusui bayi

Apa manfaat cuci tangan

Manfaat yang diperoleh setelah seseorang melakukan cuci tangan pakai sabun, yaitu antara lain:
  1. membunuh kuman penyakit yang ada ditangan
  2. mencegah penularan penyakit, seperti diare, ISPA, , flu burung, flu babi, disentri, typhus, dll
  3. tangan menjadi bersih dan indah

Langkah Cuci Tangan Pakai Sabun

  1. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir
  2. Gunakan Sabun dan gosok hingga berbusa
  3. Gosok dengan seksama selama 20 meint
  4. Gosoklah telapak tangan, punggung tangan, pergelangan tangan, antara / sela-sela jari dan bawah kuku
  5. Bilas sampai bersih
  6. Keringkan dengan lap bersih.

Langkah yang dipertimbangkan dalam merencanakan
  1. Identifikasi Permasalahan
  2. Analisa Permasalahan
  3. Tetapkan tujuan kegiatan
  4. Indentifikasi Kelompok Sasaran
  5. Tetapkan pesan yang akan disampaikan sesuai dengan tujuan dan Target Sasaran
  6. Identifikasi sumber pendanaan
  7. Pelaksanaan kegiatan
  8. Monitoring.

Pilihan Jenis Kegiatan :
a.       Pertemuan setengah hari CTPS (arisan dasa wisma, pengajian taklim, kelompok Pos Ronda, Hari penimbangan posyandu, Hari jumat bersih)
b.       Pemicuan CTPS
c.       Demostrasi Cuci tangan.
d.       Kampanye melalui Radio
e.       Radio Spot
f.            Lomba Cuci tangan, lomba merancang sarana CTPS
g.       Pembuatan media promosi (stiker, Papan Informasi/pengumunan,  Baliho, spanduk, dll)
h.       Lomba Foto
i.            Pertandingan berbasis sekolah
j.            Pembuatan sarana CTPS di sekolah
k.       Pelatihan CTPS


Apa peran kader  masyarakat
 
Kader kesehatan, atau kelompok masyarakat desa yang berkesadaran untuk memajukan dan meningkatkan derajat kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam promosi perilaku cuci tangan pakai sabun, diantaranya adalah:
a.       Memanfaatkan setiap kesempatan di dusun/desa untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku CTPS
b.       Mengadakan kegiatan yang sifatnya “suatu gerakan” cuci tangan pakai sabun sehingga dapat menarik perhatian masyarakat, seperti pada hari besar kesehatan, pesta desa, dll.

Monitoring :
Monitoring bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan rencana tindaklanjut yang disepakati. Hasil dari monitoring menjadi bahan masukan bagi evaluasi dan rencana kegiatan selanjutnya.

Pelaksanaan
Monitoring dilakukan oleh petugas kesehatan dan atau Fasilitator masyarakat bersama dengan masyarakat (kader kesehatan, natural leader, tokoh masyarakat, guru dan anak sekolah). Monitoring dan evaluasi dilakukan secara partisipatif dan berkala oleh masyarakat dan didukung oleh fasilitator.
Peran fasilitator adalah sangat penting dalam melakukan monitoring dan evaluasi Hal I ni dilakukan untuk memberikan monitifasi bagi masyarakat yang sdang dalam masa perubahan di bidang sanitasi
.
Dalam memonitoirng dan evaluasi Perubahan Adopsi perilaku CTPS dengan cara :
Bertanya menggunakan kwuisioner dengan pertanyaan :
  1. Apakah anda / KK ini sudah mencuci tangan dengan air
·         Dimana anda / KK ini mencuci tangan
·         Melihat adanya sarana air yang mengalir
  1. Melihat adanya Sabun
  2. Dan sebagai tambahan adanya sarana media.

Format Data Dasar. Monitoring CTPS
No
Dusun
Nama Pemilik Rumah
Miskin
Jumlah
KK
Jumlah Jiwa
Adopsi CTPS
Belum adopsi
Sarana CTPS dan sabun
Media Promosi CTPS
1
1
A
V
3
15





B

4
20





C

3
12





D

5
16



Catatan : Adopsi CTPS : (v) sebelum pamsimas masuk, (o) / dilingkari setelah pamsimas


Cara Memonitoring :
1.      Melihat sampel RT
2.      Secara berkala Bulanan.
3.      Melihat Catatan dari Kepala Dusun/Kader

  1. Pelaporan
Format pelaporan akan mengacu pada hasil kesepakatan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Mekanisme pelapooran sesuai dengan yang telah disepakati


MATERI
PENGAMANAN AIR MINUM RUMAH TANGGA


Mengapa perlu air bersih

Air merupakan kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, mandi, cuci, dan keperluan lainnya. Bila kita tidak menggunakan air yang bersih.

Air banyak dijumpai di alam, dan merupakan benda social yang  melimpah ruah seperti kita lihat di laut, sungai, danau dan lain-lain. Namun demikian air yang bersih yang sehat merupakan benda ekonomi, yang kini susah  untuk diperoleh bagi masyarakat.

Air merupakan  suatu unsure yang sangat penting dalam aspek kesehatan masyarakat, dimana air dapat menjadi sumber dan tempat perindukan dan media kehidupan bibit penyakit. Banyak penyakit yang tterkait dengan air, baik air kotor dan bahkan juga air yang bersih secara fisik, seperti diare, demam berdarah, dll

Air dialam akan digunakan sebagai sumber air baku air minum bagi masyarakat. Air yang tercemar akan menyebabkan susah dalam pengolahanya, memerlukan teknologi yang kadang-kadang canggih. Untuk itu air dialam harus dipelihara, dan diccegah dari pencemaran.

Apa syarat air bersih

Air bersih dan air minum harus memenuhi syarat kesehatan, baik syarat fisik, biologi maupun kimiawi.

Syarat fisik dapat dibedakan melalui inder kita, seperti dapat dilihat, dirasa, dicium, diraba. Secara fisik air  harus memenuhi syarat sbbi:
  • air tidak berwarna, bening/jernih
  • air tidak keruh, bebas dari lumpur, sampah, busa, dll
  • air tidak berasa, tidak rasa asin, tidak rasa asam, tidak payau
  • air tidak bberbau, tidak bau amis, anyir, busuk, tdak bau belerang, dll

Apa manfaat air

Air yang bersih dan sehat, akan memberi menfaat bagi kesehatan masyarakat, seprti terhindar dari gangguan penyakit diare, cholera, disentri, thypus, penyakit kulit, dll Disamping dari aspek penyakit, air juga sangat penting untuk aspek kebersihan diri, atau hygiene perorangan.








Dari sumber air bersih dapat diperoleh

Air bersih untuk kebutuhan dapat diperoleh dari berbagai sumber. Namun seringkali sumber air bersih jauh dari lokasi tempat tinggal suatu kelompok masyarakat, sehingga sulit dan membutuhkan tenaga dan biaya untuk mendapatkannya.

Sumber-sumber air tersebut adalah:
  • mata air
  • air sumur (bias sumur dalam atau sumur dangkal)
  • air ledeng atau perusaahan air minum
  • air hujan
  • air dalam kemasan


Bagaimana menjaga sumber air bersih

·         Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemar, baik cemaran fisik, cemaran biologi maupun cemaran kimiawi
·         Sumur gali, sumur pompa, kran-kran umum dan juga mata air harus dijaga bangunannya agar tidak rusak, seperti lantai sumur tidak boleh retak, tidak rusak, bibir sumur diplester, dll
·         Lingkungan sumber air harus dijaga kebersihannya, seprti tidak boleh untuk tempat pembuangan sampah, tidak ada genangan air, dll
·         Gayung, timba, dan ember pengambil air harus dijaga tetap bersih, tidak diletakan di lantai.
·         Jarak sumber air (misal sumur) tidak boleh berdekatan dengan tangki jamban keluarga, tidak boleh ada berdekatan dengan kandang ternak.
·         Dan lain-lain

Bagaimana menjaga air minum yang ada di rumah supaya sehat

Meskipun air terlihat bersih, namun air tersebut belum tentu bebas dari kuman penyakit. Untuk itu air harus direbus dulu sampai mendidih, karena kuman akan mati ppada suhu 100 derjat C (saat air ,mendidih).

Dismaping cara tersebut diatas, ada beberapa cara untuk membunuh kuman dalam air, misal derngan member bahan-bahan kimia terbatas yang sudah dinyatakan aman bagi kesehatan (misal air rahmat, dll)

Pemeriksaan Kualitas air secara sederhan
  1. Pemeriksaan Fisik
  2. Pemeriksanaan Kimia
  3. Pemeriksaan secara biologis




Apa peran kader

  • Melakukan pendataan rumah tangga mana yang sudah dan yang belum memiliki ketersedian air bersih/air minum di rumahnya
  • Bersama dengan tokoh masyarakat/pemerintah desa, berusaha untuk mencari sumber air, berupaya mencari jalan kemudahan n=bagi masyarakat untuk mendapatkan air bersih bagi lingkungannya
  • Membentk kelompok pemakai air (pokmair misalnay) untuk mengawasi sumber air, memelihara saluran air dan memperbaiki kerusakan bilamana terjadi
  • Menggalang pihak lain, termasuk dunia usaha untuk member bantuan dalam penyedian air bersih dan air minum
  • Memanfaatkan setiap kesemapatan untuk memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang hidup bersih dan sehat , tentang air yang sehat bagi masyarakat, dll.